Banyaknya madu palsu yang beredar – supply and demand
Tahukah anda konsumsi madu sebagai suplemen alami telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Sayangnya, pasokan madu di alam tidak dapat memenuhi permintaan ini. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia, permintaan madu di Indonesia pada 2015 mencapai 7.500 ton / tahun, sedangkan pasokannya hanya mencapai 5.000 ton / tahun. Tingginya permintaan dibandingkan pasokan ini, menyebabkan produksi madu palsu. Pemalsuan dilakukan dengan melakukan penambahan bahan makanan lainnya. Sebagai contoh, madu telah diencerkan dengan sirup jagung tinggi fruktosa (pemanis murah yang dapat meningkatkan resiko diabetes). Pemalsuan madu tidak hanya menipu konsumen yang sadar kesehatan tetapi juga mengacaukan pasar ekonomi dengan memperkenalkan persaingan yang tidak adil.1
Subheadline3 –
Menentukan madu asli secara ilmiah dan dapat dipertanggung jawaban ………….. heri
Saat ini ada beberapa uji keaslian madu yang sudah bisa dilakukan di Indonesia
Enzim diastase merupakan enzim yang dihasilkan oleh lebah pada saat proses pematangan madu. Diastase memilki peran untuk menilai kualitas madu karena enzim tersebut berasal dari tubuh lebah. Dibeberapa negara aktivitas enzim diastase digunakan untuk kemurnian dan kesegaran madu. Penggunaan nilai aktivitas enzim diastase menunjukkan indikator penentuan kesegaran madu, namun pernytaan ini ini dipatahkan oleh Tosi et al. (2008) dari hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa pemanasan madu pada suhu tertentu di bawah 1000C yang konstan selama jangka waktu tertentu dapat meningkatkan nilai diastase. Oleh karenanya indikator lain yang diperlukan untuk menentukan apakah madu telah mengalami proses pemanasan yaitu dengan memperhatikan nilai 5-hydroxymethylfurfural (HMF).2
Kucuk et. al (2007) menyatakan bahwa perbedaan kandungan gula pereduksi dapat terjadi karena madu yang belum matang sudah dipanen padahal proses inversi oleh enzim invertase lebah dari sukrosa nektar menjadi glukosa dan fruktosa pada madu belum sempurna. Penyebab lain yang bisa terjadi adalah karena adanya pencampuran dengan zat-zat lain (sukrosa atau air) sehingga gula reduksi menjadi lebih rendah. Oleh karena itu SNI madu mensyaratkan kandungan sukrosa dalam madu kurang dari 5 %. 2